Dopamin adalah hormon yang dilepaskan oleh otak disaat mendapatkan suatu sensasi kepuasan atau sensasi senang. Dopamin bersifat candu sehingga mendorong orang untuk mendapatkannya kembali.
Dopamin apabila diperoleh dengan mudah dan berulang-ulang dengan cepat akan menghasilkan ledakan dopamin dalam otak. Maka kelebihan dopamin akan menyebabkan seseorang tidak lagi merasakan kepuasan disaat melakukan hal yang sama. Selanjutnya akan mendorong seseorang untuk menemukan kepuasan yang lebih besar bahkan lebih ekstreem.
Menggunakan media sosial dan skrolling dapat menghasilkan dopamin dengan cepat. Dan apabila jangka waktu lama pelepasan dopamin akan overload dan mengakibatkan gelisah. Karena munculnya keinginan untuk mendapatkan kepuasan yang lebih.
Dalam kondisi normal dopamin dapat memberikan motivasi kepada seseorang untuk mengejar sebuah tujuan. Namun dopamin yang dilepaskan berjangka waktu cukup lama dan tidak berulang2. Tanpa adanya dopamin maka dapat mengakibatkan rendahnya motivasi seseorang dalam bekerja. Oleh karena itu kita perlu menyeimbangkan kondisi dopamin yang ada pada sel otak. Ketika dopamin berlimpah maka kita perlu menurunkan jumlahnya, dengan metode dopamin detox.
Namun apabila dopamin dalam otak sangat rendah, maka perlu ditingkatkan dan dirangsang melalui reward, dan hal2 yang membuat kita termotivasi.
Mengapresiasi diri dalam keberhasilan melakukan hal-hal kecil akan menhasilkan dopamin yang mendorong kita untuk ingin melakukan keberhasilan lainnya.
Dopamin detox adalah upaya untuk mengendalikan jumlah dopamin dalam otak. Salah satu caranya adalah dengan berpuasa, menerapkan hidup sederhana, dan dekat dengan orang-orang yang tidak mampu akan membuat dopamin menurun dan meningkatkan rasa syukur.
Disaat seseorang berpuasa maka dopamin yang dihasilkan otak menjadi rendah dan ketika berbuka dopamin akan terpancar kembali seseuai dengan sensasi bahagia yang kita dapatkan saat berbuka.
Level dopamin yang dihasilkan otak bisa berubah-ubah seseuai dengan kebiasaan yang dialami oleh seseorang.
Ketika seseorang sudah terbiasa mendapatkan sesuatu yang diinginkan seperti seorang anak yang dimanja orang tuanya dan mendapatkan semua yang diminta. Maka hal2 yang biasa tidak lagi bisa mendorong otak untuk mengeluarkan dopamin. Karena apa yang didapatkan tidak menghasilkan kepuasan. Hal ini membuat si anak akan kekurangan dopamin yang seharusnya ia peroleh. Maka butuh hal lebih untuk bisa menghasilkan dopamin normal pada otaknya. Kekurangan dopamin tersebut akan membuat seseorang tidak bersyukur, terbiasa komplain dengan lingkungan