Dalam melihat kecerdasan, masyarakat terbagi atas 2 sudut pandang. Pertama orang yang beranggapan bahwa kecerdasan itu adalah anugrah yang telah ditetapkan untuknya. Kedua adalah orang yang beranggapan bahwa setiap orang memiliki potensi untuk cerdas dan bisa menjadi cerdas dengan upaya yang maksimal.
Kenapa mindset tentang kecerdasan ini sangat penting. Karena setiap mindset akan memunculkan sikap yang berbeda pula. Karena mindset yang kita miliki akan mempengaruhi mental kita dalam menghadapi situasi. Mindset akan mempengaruhi keberanian seseorang untuk mau mencoba. Mindset akan mempengaruhi seseorang untuk percaya diri atau tidak. Mindset akan mempengaruhi mental seseorang disaat menghadapi kegagalan.
Orang yang merasa pintar sibuk membuktikan diri kepada orang lain bahwa dia pintar. Sedangkan orang yang ingin menjadi pintar sibuk untuk belajar dan mengembangkan dirinya untuk menjadi pintar. Orang yang menganggap bahwa kecerdesan itu fix atau anugrah yang sudah ditetapkan untuknya akan menghindari sesuatu yang baginya sulit dan membuat dia terlihat bodoh.
Orang yang beranggapan bahwa setiap orang diberi potensi untuk menjadi orang cerdas lebih mudah untuk masuk kedalam tantangan-tantangan baru meskipun ia tidak menguasainya. Baginya sebuah kegagalan bukan berarti sebuah kebodohan melainkan sebuah momentum untuk belajar dan mengevaluasi usaha yang sudah dia lakukan.
Kenapa mindset tentang kecerdasan ini bisa berbeda-beda pada setiap orang?
Pada dasarnya mindset pertama seseorang tumbuh dari keluarga dan lingkungan sekitarnya. Berawal dari pujian atas sebuah prestasi yang pernah diraih. Pujian yang berulang-ulang kemudian menjadi dasar baginya untuk menganggap dirinya pintar. Kemudian anggapan itu menjadi nilai yang diyakininya sebagai sebuah kebenaran. Orang yang menganggap dirinya pintar tidak peduli pada usaha untuk pintar. Baginya menjadi pintar tanpa usaha yang berarti adalah sebuah kehebatan dan pantas mendapatkan pujian.
Ketika seseorang terbiasa menghadapi tantangan dan kesulitan sejak kecil percaya bahwa kecerdasan saja cukup untuk mencapai sebuah tujuan. Perlu usaha dan kegigihan. Baginya kegagalan bukanlah sesuatu yang memalukan melainkan sebuah motivasi untuk memperbaiki diri.
Orang yang merasa dirinya pintar bisa diibaratkan dengan gelas yang sudah terisi penuh. Maka seberapa banyakpun gelas itu diisi dengan air, maka air itu akan terus tumpah dan tidak menambah isi gelas.
Kesuksesan seseorang tidak ditentukan oleh seberapa pintar dirinya. Namun kesuksesan adalah kemampuan seseorang untuk menaklukkan tantangan dan persoalan yang dihadapi untuk mencapai tujuan hidupnya.
Orang yang sukses adalah orang yang bebas untuk gagal. Jika seseorang takut akan kegagalan maka dia tidak akan peenah menemukan puncak kesuksesannya sendiri. JK Rowling, penulis novel Harry potter harus membuat 100 buah novel tanpa hasil apa-apa hingga ia berhasil menulis Harry Potter yang populer itu.
Mindset yang menganggap bahwa kepintaran itu adalah fix dan sudah ditetapkan akan berakibat buruk terhadap perkembangan mentalnya selanjutnya. Karena dia sibuk merefleksikan kesuksesan dan kegagalan yang dialami dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini mengakibatkan dia tidak bisa mengoptimalkan fokus fikirannya pada hal-hal yang ada dihadapannya saat ini.
Akibat buruk lainnya adalah ia akan cendrung ragu-ragu dalam mengambil sebuah keputusan. Takut salah, takut gagal, atau takut dianggap bodoh oleh orang lain. Hal ini akan berkembang menjadi kegelisahan (anxiety) pada alam bawah sadarnya (subconsciousness).
Mindset yang buruk sebaiknya di deteksi dan diperbaiki sedini mungkin, sebelum mindset itu berubah menjadi kegelisahan bahkan hingga depresi. Adapun cara untuk mengubah mindset tersebut, seseorang harus membuang fikiran awalnya dengan menggantinya dengan mindset yang baru.
Mengubah mindset tidak bisa dilakukan dalam waktu sekejab. Namun memerlukan upaya berulang-ulang sehingga bisa tertanam dengan baik didalm alam bawah sadarnya dan menjadi sebuah keyakinan yang kuat dalam dirinya.
Tags
ARTIKEL